I. Sejarah Singkat Kota Tanjungbalai
Sejarah Kerajaan
Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama kerajaan tersebut
yang berlangsung meriah disekitar kampung Tanjung. Peristiwa penabalan
raja pertama kerajaan Asahan tersebut
terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “Hari Jadi
Kota Tanjungbalai” dengan surat keputusan DPRD Kota Tanjungbalai Nomor : 4/DPRD/TB/1986 Tanggal 25 November 1986.
Mengenai asal
usul nama kota “Tanjungbalai”, menurut cerita
rakyat yang ada di Tanjungbalai bermula dari
sebuah kampung yang ada disekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan. Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai
disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang – orang yang
ingin;bepergian ke hulu Sungai Silau. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”. Ditemukannya Kampung Tanjung kemudian menjadikan
daerah itu menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri.
Penabalan Sultan
Addul Jalil sebagai raja ;pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung
kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang
raja yang sejak raja pertama Sultan
Abdul Jalil pada tahun 1620 sampai dengan Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian
mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan di makamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.
Pertumbuhan dan
perkembangan Kota Tanjungbalai sejak didirikan sebagai Gementee ;berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan
Stbl.1917 No. 284, sebagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di daerah Sumatera Timur termasuk daerah Asahan seperti H.A.P.M., SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain,
maka Kota Tanjungbalai sebagai kota
pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi penting artinya bagi perkembangan perekonomian Belanda. Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan
dibangunnya jalan kereta api Medan – ;Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari
perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau diekspor melalui kota pelabuhan
Tanjungbalai.
Untuk
memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membuka kantor dagangnya di kota Tanjungbalai antara lain:
kantor K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk
bangsa Eropa tinggal menetap di kota Tanjungbalai. ;Assisten Resident van Asahan berkedudukan di
Tanjungbalai dan sekaligus jabatannya
bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan (Voorzitter van den Gemeen-teraad). Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten
Resident, Tanjungbalai juga merupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan. Pada waktu Gementee Tanjungbalai didirikan atas Besluit
G.G. tanggal 27 Juni 1917 No.284, luas wilayah Gementee Tanjungbalai adalah 106
Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yang dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 No. 641) dikembalikan
pada batas semula, sehingga menjadi seluas 200 Ha.
II. Letak
Geografis
![]() |
| Gambar 1. Peta Kota Tanjungbalai |
Kota
Tanjungbalai terletak di antara 2° 58' LU dan 99° 48' BT, dengan luas wilayah
60,52 km² (6.052 ha), dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara
|
Kecamatan Tanjungbalai
|
Selatan
|
Kecamatan Simpang Empat
|
Barat
|
Kecamatan Simpang Empat
|
Timur
|
Kecamatan Sei Kepayang
|
Kota
Tanjungbalai terletak di antara 2º58' Lintang Utara dan 99º48' Bujur Timur.
Posisi Kota Tanjungbalai berada di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara pada
ketinggian 0-3 m di atas permukaan laut dan kondisi wilayah
relatif datar. Kota Tanjungbalai secara administratif terdiri dari 6 Kecamatan,
31 Kelurahan. Luas wilayah Kota Tanjungbalai 6.052 Ha (60,52 km²).
Tabel 1. Kelurahan Yang Ada di Kota Tanjungbalai
Tabel 1. Kelurahan Yang Ada di Kota Tanjungbalai
No
|
Kecamatan
|
Kelurahan
|
1
|
Datuk Bandar
|
Sijambi – Pahang – Sirantau
– Pantai Johor – Gading
|
2
|
Datuk Bandar Timur
|
Pulau Simardan – Bunga
Tanjung – Semula Jadi –
Selat Lancang – Selat
Tanjung Medan
|
3
|
Tanjungbalai Selatan
|
TB Kota I – TB
Kota II – Perwira – Karya – Pantai Burung – Indra Sakti
|
4
|
Tanjungbalai Utara
|
TB Kota III – TB
Kota IV – Sejahtera – Kuala
Silo
Bestari – Matahalasan
|
5
|
Sei Tualang Raso
|
Muara Sentosa – Sumber Sari – Pasar Baru –
Keramat Kubah – Sei Raja
|
6
|
Teluknibung
|
Perjuangan – Pematang Pasir – Kapias Pulau
Buaya – Beting
Kuala Kapias – Sei
Merbau
|
Hasil Sensus Penduduk 2014, jumlah penduduk Kota Tanjungbalai berjumlah 164.675 jiwa yang terdiri atas 83.006 jiwa laki-laki dan 81.669 jiwa perempuan. Penduduk Kecamatan terbanyak berada di Kecamatan Teluk nibung dengan jumlah penduduk 38.172 jiwa sedangkan yang terendah berada di Kecamatan Tanjungbalai Utara Dengan jumlah penduduk 15.862 jiwa.
Tabel 2. Penduduk Kota Tanjungbalai Per Kecamatan Tahun 2014
Kecamatan |
Tahun 2014
|
||||
Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Jiwa)
|
|||||
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
|||
Datuk Bandar
|
18.071
|
17.965
|
36.036
|
||
Datuk Bandar
Timur
|
14.804
|
13.923
|
28.727
|
||
Tanjungbalai
Selatan
|
10.033
|
10.578
|
20.216
|
||
Tanjungbalai Utara
|
8.477
|
8.436
|
16.913
|
||
Sei Tualang Raso
|
12.239
|
11.977
|
24.216
|
||
Teluk Nibung
|
19.382
|
18.790
|
38.172
|
||
TANJUNGBALAI
|
83.006
|
81.669
|
164.675
|
||
III. Sosial Dan Budaya
1. Sosial
Masyarakat Kota
Tanjungbalai/Asahan yang pada awalnya ditopang oleh 4 suku yaitu : Aceh, Minang
Kabau, Karo dan Batak, keturunan merekalah ditambah pendatang dari luar
terutama dari Malaka (Malaysia) bergabung menjadi Melayu Asahan Tanjungbalai.
Oleh sebab itu Tanjungbalai merupakan kota multietnis, berbagai suku bangsa
bercampur disini antara lain : Melayu, Jawa, Batak, Sunda, Nias, Tionghoa
adalah sebagian dari etnik yang bermukim di kota ini.
Tanjungbalai yang dalam sejarahnya menjadi kota Perdagangan dimana letaknya yang dekat dengan laut menjadikan masyarakat Kota Tanjungbalai sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. salah satu hasil laut yang banyak/mudah dijumpai adalah kerang sehingga Kota ini dijuluki "Kota Kerang". Hal ini dikarenakan dulu Kota Tanjungbalai pernah menghasilkan Kerang dalam jumlah yang besar, tetapi beberapa waktu belakangan ini produksi Kerang jadi menurun dikarenakan ekosistem yang tidak mendukung.
Walaupun kerang saat ini sudah berkurang namun
pemanfaatan daging dan kulit kerang masih tetap berlangsung hingga sekarang,
pengolahannya antara lain :
Masyarakat kota
Tanjungbalai berbudaya Melayu Asahan. Kebiasaan orang Melayu
Asahan saat hari – hari besar atau hari – hari penting mereka akan bersama-sama berkumpul untuk
merayakannya. Dalam perayaan tersebut terdapat sebuah hidangan khusus yang
disiapkan untuk pada tamu undangan, yaitu Halua, halua merupakan manisan dari
buah – buahan dan sayur – sayuran yang dibuat khusus untuk acara tersebut,
seperti perkawinan atau lebaran.
Terdapat beberapa jenis ragam Manisan Khas Melayu Asahan, diantaranya cabe, pare, kelapa, pala, batang daun pepaya, bunga pepaya, labu siam, pepaya, wortel, kundur, jeruk kesturi, nanas, tomat, asam glugur, kolang-kaling, kulit semangka, buah renda merah dan putih.
Terdapat beberapa jenis ragam Manisan Khas Melayu Asahan, diantaranya cabe, pare, kelapa, pala, batang daun pepaya, bunga pepaya, labu siam, pepaya, wortel, kundur, jeruk kesturi, nanas, tomat, asam glugur, kolang-kaling, kulit semangka, buah renda merah dan putih.
A
B C
Gambar 6. Ragam manisan khas melayu asahan :
manisan kelapa (A); manisan ubi rambat (B); ragam manisan (C)
Adapun makanan khas
kota Tanjungbalai diantaranya adalah kerang daguk (kerang batu),kerang bulu, ikan asin mayung, ikan teri medan (Teri Putih), udang asin (udang pukul), belacan, gulai asam, sayur daun ubi tumbuk, sombam ikan, anyang pakis, dan anyang Kepah.
A B
C D
E F
Gambar 7.
Makanan khas kota Tanjungbalai :gulai asam ikan(A);ikan asin(B) Anyang putri rumput (C);ikan teri Kacang ( D);kerinting kepah (E); dan Terasi (F).
2.
Budaya
Keyakinan yang dianut masyarakat kota Tanjungbalai beragam, akan tetapi mayoritas penduduk Tanjungbalai menganut agama Islam yaitu sekitar 85,04%, kemudian Kristen 8,00%, Budha 5,69%, Kristen Katholik 0,76%, dan Hindu 0,02% serta 0,49% penduduk yang tidak ditanyakan.
Keyakinan yang dianut masyarakat kota Tanjungbalai beragam, akan tetapi mayoritas penduduk Tanjungbalai menganut agama Islam yaitu sekitar 85,04%, kemudian Kristen 8,00%, Budha 5,69%, Kristen Katholik 0,76%, dan Hindu 0,02% serta 0,49% penduduk yang tidak ditanyakan.
Kota
Tanjungbalai tergolong kota tua untuk kawasan Sumatera Utara, sudah barang
tentu menyimpan khasanah budaya yang besar. Budaya merupakan hasil daya cipta
manusia untuk kesempurnaan tata kehidupan. Kota Tanjungbalai sebagai tempat
bertahtanya Sultan Kerajaan Negeri Asahan selama 325 Tahun pada umumnya memakai
adat istiadat Budaya Melayu, yang mewakili kesamaan diseluruh negeri yang
didiami oleh puak melayu di Nusantara maupun manca Negara seperti Malaysia,
Brunei Darussalam, Filipina, Hawai, Australia Bagian Utara, Sailon dan
Madagaskar di Afrika.
Pada masyarakat Melayu Asahan, peristiwa
perkawinan mendapatkan banyak tempat yang tinggi dalam adat istiadat. Bila
sebuah keluarga mencapai usia “pantas” dan telah memenuhi syarat dalam ajaran
Islam maka ia disarankan untuk segera memasuki gerbang perkawinan.
Berikut beberapa prosesi adat perkawinan yang masih terus dilestarikan oleh masyarakat Melayu Asahan.
a.
Tahapan
Merisik
Dalam tata cara perkawinan masyarakat
Melayu Asahan yang pertama kali dilakukan adalah tahapan merisik yaitu pihak
keluarga laki-laki mengirimkan seorang utusan (disebut telangkai) ke rumah
seorang gadis untuk mengenal serta menanyakan apakah gadis itu sudah ada yang
punya atau belum. Jika belum, maka sang telangkai akan langsung menyampaikan
maksud dan tujuan kedatangannya untuk meminang si gadis sekaligus membuat
ikatan dengan keluarganya. Dari sini, telangkai berharap mendapatkan jawaban
positif agar tahapan adat dapat dilanjutkan ke tingkatan yang lebih serius
lagi.
b.
Tahapan
Meminang
Pada hari yang telah disepakati bersama,
rombongan keluarga calon mempelai pria akan datang ke rumah keluarga calon
mempelai wanita sambil membawa tepak sirih dan sebentuk cincin sebagai tanda
pengikat. Tepak sirih dalam adat Melayu Asahan menjadi alat untuk mengesahkan segala sesuatu
(kesepakatan) yang telah dibuat bersama.
Tepak sirih merupakan wadah untuk meletakkan daun sirih beserta perencahnya,
yaitu buah pinang, kapur, gambir, tembakau dan ada juga yang ditambah dengan
cengkeh. Bagian dalam tepak biasanya
terdapat sekat-sekat terdiri dari empat bagian, dan ada juga yang
terdiri dari lima sekat yang fungsinya untuk meletakkan perencah. Jika sekatnya
lima, di isi dengan cengkeh, tetapi pada umumnya sekarang ini hanya terdiri
dari empat sekat saja. Biasanya jumlah tepak sirih yang dibawa oleh keluarga pihak pria
sejumlah lima buah tepak sirih.
Gambar 8.
Tepak sirih
Acara meminang ini dipandu oleh telangkai yang
biasanya berjumlah enam orang, dan mereka duduk saling berhadapan. Telangkai
akan menyampaikan maksud meminang sang gadis dengan cara berpantun, di mana hal
ini melambangkan tingginya martabat seorang wanita. Dalam acara ini juga akan
disebutkan syarat-syarat adat yang diminta oleh pihak keluarga mempelai wanita
seperti mahar (mas kawin), seperangkat pakaian wanita, peralatan atau perabotan
kamar, termasuk “uang kasih sayang” yaitu bantuan keluarga calon pria untuk
membiayai pesta. Apabila keluarga pria menyanggupinya maka akan diadakan acara
bertukar tepak antar dua keluarga sebagai tanda pinangan telah diterima.
c.
Menghantar Belanja
Yakni sebagai suatu tanda kesungguhan untuk menepati
janji pertunangan sehingga sering yang dihantar lebih daripada yang dijanjikan
seperti uangnya lebih, kue-kue, buah-buahan, bunga-bungaan yang biasanya
disumbangkan oleh sanak keluarga pihak laki-laki, tanda senang hati sebaiknya
dilebihkan berupa makanan, dibalas oleh pihak keluarga perempuan.
Gambar 9.
Antaran Belanja
d.
Akad Nikah
Akad nikah dalam
adat melayu selalu dilaksanakan di rumah orang tua si wanita ataupun di rumah
Ibadah/mesjid. Untuk akad nikah ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh
keluarga kedua belah pihak.
Adapun yang harus dipersiapkan oleh pihak keluarga
laki-laki :
- Tepak sirih sekurang-kurangnya satu buah (ada yang
membawa tiga buah)
- Mahar pernikahan, menurut tradisi melayu mahar
pernikahan diletakkan dalam sebuah peti kecil yang bernama cepu kemudian dibungkus
dengan tiga lapis kain yang berlainan warna, dibeberapa daerah ada yang
dibungkus sampai tujuh dan Sembilan lapis kain, ditambah sedikit dengan bertih
dan bunga rampai dan sedikit uang, sebagai pengikat digunakan benang panca
warna dan disimpul rapi. Cepu tersebut diletakkan diatas sebuah dulang kecil
yang bernama semberit dan membawanya
harus dengan cara digendong dan ada pula yang memakai payung.
A
B
C
Gambar 10. Tempat mahar pernikahan : cepu (A), semberit (B) dan tempat mahar pernikahan moderen (C)
Gambar 10. Tempat mahar pernikahan : cepu (A), semberit (B) dan tempat mahar pernikahan moderen (C)
Sedangkan persiapan oleh pihak wanita :
- Tepak sirih satu buah (disebut tepak nikah)
- Pulut kuning dalam pahar berisi singgang ayam
- Pulut kuning dalam pahar berisi singgang ayam
- Pata Ratna (Pelaminan Nikah)/ tikar pandak/ tikar ciau
- Didepan Pata Ratna tersedia Dian (lilin) lengkap
dengan korek apinya, labu yang berisi air minum, sebuah garis untuk acara makan
icip-icipan diatas pahar ada lima buah piring kecil berisi : Garam halus, gula
pasir/gula batu, jahe yang sudah diiris-iris, asam-asaman, dan halua (manisan
melayu).
e.
Malam Berinai
Dalam budaya dan
tradisi melayu setelah kedua mempelai melaksanakan akad nikah maka sebelum
mereka berdua dipersandingkan diadakan sebuah acara yang biasanya dilaksanakan
pada malam sebelum bersanding yang dinamakan malam berinai. Pada malam berinai
pihak mempelai wanita mengirimkan sepiring inai kepada mempelai pria dan calon
wanita didudukkan di atas pelaminan dan dibuat acara, diantaranya : Marhaban,
tari inai, silat malam berinai, tepung tawar malam berinai,tari-tari melayu,
music tradisional, kasidah, acara ini berakhir sampai menjelang subuh.
f.
Upacara menyambut Pengantin
Setelah selesai sholat zuhur, mempelai wanita mulai
didandani bidan pengantin yang sekaligus bertindak sebagai juru hias. Mempelai
wanita mengenakan busana dan aksesoris pakaian kebesaran adat tempatan (busana
melayu). Perangkat upacara pada upacara penyambutan pengantin merupakan
benda-benda tradisi yaitu pahar
berisi alat tepung tawar dan Balai
dengan kelengkapan isinya.
Pahar adalah
sebuah benda yang terbuat dari tembaga atau kuningan, bentuknya, berkaki
tunggal dan bertapak. Dalam upacara pahar ini dibalut dengan kain kuning atau
kain lainnya. Secara simbolis pahar dalam urutannya memiliki makna :
perlengkapan (p), adat (a), hasrat (h), anak family (a), dan rukun damai (r).
pahar tersebut berisi :
- Tepung putih bermakna kesucian hati
- Tepung kuning maknanya lambang kehormatan
- Beras putih maknanya lambang keikhlasan
- Beras kuning maknanya lambang harga diri
- Bertih maknanya lambang pertumbuhan
- Bunga rampai maknanya lambang mohon diberkati
Sedangkan balai
merupakan benda yang selalu tampil dalam setiap kegiatan kemasyarakatan di
daerah Tanjung Balai-Asahan, selain dalam acara pernikahan juga digunakan pada
acara khitan, khatam Al-Quran, menyelesaikan silang sangketa dan lain
sebagainya.
Balai memiliki
makna yang sangat dalam, setiap bagian dari balai memiliki makna khusus, yaitu
:
- Bunga kemuncak : diletakkan paling atas dan batangnya
jauh menghujam ke bawah, bentuknya seperti bunga kol yang sedang mekar dan
indah berwarna kuning atau putih. Bermakna lambang tempat berlindung
pengayom/pemimpin, kukuk dan jaya.
- Isi balai : pulut kuning/putih. Bermakna persatuan dan
kesatuan yang kokoh tak mudah bercerai – berai
- Bendera merawal : bentuknya segi tiga kaki dan indah
berwarna kuning/putih. Bermakna sebagai lambang kehormatan, kemuliaan dan
persatuan, bercorak ragam puak melayu, berlainan hadap tapi bersatu.
- Telur ayam/telur itik yang direbus : dibungkus berhias
dan bertali panjang warna kuning/putih. Bermakna sebagai lambang keberhasilan,
keturunan/perkembangan kejayaan dan kekuatan.
- Ayam singgang : dibuang kepala dan kakinya, bermakna
lambang perjuangan dari pengorbanan.
Pada hari H setelah semua persiapan
perkawinan selesai dilakukan, pengantin pria beserta rombongannya datang menuju
kediaman wanita. Sekitar 100-200 meter sebelum tiba di sana, rombongan akan
berhenti sejenak untuk mengabarkan kepada keluarga pengantin wanita agar
bersiap-siap menyambut kedatangan rombongan. Dalam acara ini akan dipimpin oleh
para telangkai adat. Mereka akan berpantun sebagai ucapan selamat datang.
Setibanya rombongan pengantin pria di halaman rumah pengantin wanita, upacara
adat akan langsung dimulai dengan acara hempang batang. Pada acara ini jalan
masuk yang akan dilalui rombongan akan dihadang oleh dua orang pemuda sambil
memegang sebatang dahan kelapa sebagai penghadang. Seorang juru bicara akan
menyerahkan kunci emas kepada kedua penjaga agar rombongan diperbolehkan
melanjutkan perjalanan. Sebelum memberi izin para para penjaga akan memastikan
terlebih dahulu apakah syarat adat yang dibawa telah sesuai dengan yang
diminta.
Gambar 16. Acara hempang batang
Selanjutnya akan dilakukan acara silat
berlaga, dimana pengantin pria akan menjadi pendekar. Dan sebagai tanda
perdamaian, dilakukan acara tukar tepak di tengah halaman rumah. Setelah itu di
adakan acara tukar payung yang bertujuan untuk menyambut kedatangan pengantin
pria beserta rombonganya. Lalu dua orang ibu menaburi pengantin pria dengan
bunga rampai yang disebut dengan acara perang bertih atau bunga rampai.
Selanjutnya rombongan akan disambut
dengan persembahan tarian sambutan di depan pintu masuk. Tetapi sebelum masuk,
pengantin pria dan rombonganya akan kembali dihadang oleh dua orang pemuda yang
membentangkan sebuah kain panjang di depan pintu masuk yang disebut hempang
pintu (palang pintu) ini seorang utusan akan meminta pintu dibuka sambil berpantun
dan sang penjaga akan mengajukan syarat yaitu melihat apakah jari tangan
pengantin pria sudah diberi inai atau belum. Sesudahnya pengantin pria akan
melakukan upacara sembah mertua.
Selanjutnya pengantin pria akan di antar
menuju pelaminan. Namun sesampai disana dia tidak langsung diperbolehkan duduk
di pelaminan yang sedang dijaga oleh dua orang wanita yang merentangkan kain
panjang. Pada acara yang disebut hempang kipas ini para penjaga ini ingin
kembali memastikan syarat adat yang harus diberikan. Sesudahnya kedua mempelai
baru diperbolehkan bersanding di pelaminan untuk melakukan acar bertukar sirih
genggam sebagai tanda bahwa seorang suami harus menghidupi istrinya dan
sebaliknya sebagai istri harus melayani suaminya.
Gambar 17. Acara tepung tawar
Setelah itu diadakan acara doa bersama
yang dilanjutkan dengan acara tepung tawar sebagai tradisi turun menurun yang
telah lama dilakukan masyarakat Melayu guna menyucikan diri. Lalu kedua
pengantin akan melakukan acara makan hadap-hadapan lengkap dengan lauk-pauknya
dan aneka kue. Acara ini hanya diperbolehkan di hadiri oleh ibu-ibu dari kedua
belah pihak. Tempat nasi akan diputar sebanyak tiga kali lalu dilakukan acara
berebut ayam panggang sambil bersulang makanan dan minuman. Makna dari acara
ini adalah suami-istri saling melayani sebagai tanda cinta kasih yang murni.
Gambar 18.
Acara nasi hadap-hadapan
Kemudian acara akan diakhiri dengan
serah terima pengantin. Pada acara ini, sebelum rombongan pengantin pria pulang
ke rumahnya, terlebih dahulu pengantin pria akan diserahkan kepada keluarga
pengantin wanita. Hal ini, menandakan, mulai saat itu pula pengantin pria telah
resmi menjadi bagian dari keluarga besar pengantin wanita.
Dengan demikian keseluruhan prosesi adat telah
selesai dilakukan dan acara pun dapat dilanjutkan dengan upacara resepsi. Dalam
acara ini kedua mempelai dan seluruh keluarga besar yang sedang berbahagia
menerima sejumlah ucapan selamat dari para tamu yang datang.
IV.
Industri
Industry di kota Tanjungbalai menurut data Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungbalai pada tahun 2015 industri di
Kota Tanjungbalai terbagi atas 5 jenis, yaitu kecil, micro, menengah, besar dan
rumah tangga. Jumlah masing-masing jenis industry tersebut dapat dilihat dari
Tabel berikut ini :
Tabel
3. Jumlah
Industri di Kota Tanjungbalai pada Tahun 2015
No.
|
Jenis Industri
|
Jumlah Industri
|
Jumlah Tenaga Kerja
|
Nilai Investasi
(Rp) *)
|
Nilai Produksi (Rp)
|
1
|
Kecil
|
55
|
214
|
5.896.500.000
|
8.983.000.000
|
2
|
Micro
|
98
|
196
|
512.125.000
|
1.250.000.000
|
3
|
Menengah
|
29
|
348
|
4 .975.250.000
|
7.430.000.000
|
4
|
Besar
|
9
|
246
|
6.620.000.000
|
8.225.000.000
|
5
|
Rumah
Tangga
|
97
|
292
|
415.000.000
|
1.032.000.000
|
Jumlah
|
288
|
1.296
|
18.418.875.000
|
26.920.000.000
|
*)investasi tersebut berupa modal dan peralatan, tidak
termasuk asset tanah yang dimiliki sejak dibukanya usaha
Beberapa industry di kota Tanjungbalai seperti di bawah ini :
![]() |
| Gambar 19. Industri Pembuatan Roti Kalatak Khas Tanjungbalai |
![]() |
| Gambar 20. Industri Pembuatan Garam berIodium |
![]() |
| Gambar 21. Industri Pembuatan Ikan Asin |
![]() |
| Gambar 22. Galangan Kapal |
V.
Perdagangan
Pelabuhan Teluk Nibung di Tanjung Balai
Asahan juga merupakan pelabuhan pendukung dari Pelabuhan Belawan yang terletak
di pesisir timur Sumatera Utara dan menjadi pelabuhan terbuka untuk perdagangan
luar negeri serta pelabuhan antar pulau-pulau di sekitarnya. Pelabuhan Teluk
Nibung letaknya berhadapan langsung dengan pelabuhan Klang di Malaysia.
Hinterlandnya menghasilkan komoditi hasil perkebunan, pertanian, sedangkan
komoditi handalan yang diekspor melalui pelabuhan ini adalah sayur mayur dan
ikan segar. Keberadaan Pelabuhan Teluk Nibung yang telah ada sejak zaman
penjajahan Belanda. Berfungsi sebagai pelabuhan umum atau perdagangan luar
negeri ekspor dan impor dengan jarak tempuh 3-4 jam dari Port Klang (Malaysia).
Juga merupakan pelayaran internasional yang melayani pelayaran antar pulau
pedalaman.
pelabuhan teluk nibung yang ada di
Tanjung balai menjadi pelabuhan internasional karena letaknya sangat strategis
dipinggir pantai. Pelabuhan merupakan faktor strategis dan dominan dalam
mendukung pertumbuhan perekonomian, perdagangan jasa dan industri. Kota 3
Tanjung Balai memiliki berbagai potensi yang memberikan peluang untuk
dimanfaatkan secara optimal dan pada hakikatnya potensi tersebut di dominasi
oleh faktor letak geografis dan keberadaan pelabuhan yang strategis.
VI.
Lain-Lain
1.
Rumah
Tradisional Melayu
Rumah dengan jendela runcing dan atap
unik berdiri bergitu saja di tepi Sungai Asahan, Tanjungbalai. Siapa sangka,
rumah replika ini punya sejarah yang panjang.
Replika Rumah Balai adalah sebuah
bangunan replika sejarah dari asal mula Kota Tanjungbalai yang terletak di
Ujung Tanjung, Jalan Asahan, Kecamatan Indra Sakti, Tanjungbalai. Bangunan
replika ini diresmikan langsung oleh sultan Asahan pada tahun 2010 bersamaan
dengan peresmian bangunan kantor walikota Tanjungbalai dan replika Istana
Asahan.
2. Jembatan
Kota ini
memiliki jembatan terpanjang di sumatera utara yang melintasi Sungai Asahan
3. Adipura
Tanjungbalai
pernah menerima Anugerah Adipura sebagai kota terbersih se-Indonesia pada tahun 2008,
2009,2012,2013,2014,dan
2015.
Daftar
Pustaka
Firyadi. dkk.2014. Adat Budaya
Melayu Tanjungbalai.
Tanjungbalai;PD.Mabmi Kota Tanjungbalai
Aries,Riswaluddin.”Sejarah
Tanjungbalai Asahan”.22 Oktober 2012. http:// tanjungbalai. blogspot.co.id/
Badan Pusat
Statistik Kota Tanjungbalai.”Tanjungbalai Dalam Angka”. http://tanjungbalaikota.bps.go.id/Subjek/view/id/153#subjekViewTab3






































ikan asin tanjung balai
BalasHapus